Categories
Book Review

Belajar dari Miyuki

Hari ini aku masih libur. Aku akan bercerita tentang Miyuki Inoue. Aku membaca buku Miyuki Inoue dari kemarin sampai tadi setelah bangun tidur.  Miyuki itu seorang tunanetra. Saat lahir Miyuki besarnya cuma 500 gram. Miyuki termasuk bayi prematur. Walaupun buta, Miyuki mempunyai 5 penghargan saat lomba menulis.

Dia dibesarkan oleh ibunya, ayahnya telah meninggal karena kecelakaan sebelum Miyuki lahir. Kehebatan yang dimiliki Miyuki adalah, bisa menulis cerita walaupun tunanetra, mendapat 5 penghargaan, bisa menaiki sepeda. Aku bilang kalau tunanetra bisa menaiki sepeda itu hebat karena tidak banyak orang tunanetra yang bisa naik sepeda. Kemarin aku menulis tentang Hee Ah yang jari tangannya hanya empat ternyata bisa bermain piano. Sekarang aku belajar dari Miyuki yang buta tapi ternyata jago menulis.

Jadi janganlah menyerah untuk terus belajar dan berusaha. Selain itu kita tidak boleh meremehkan orang yang cacat karena orang cacat belum tentu tidak bisa melakukan apa-apa. Banyak orang yang cacat yang hebat dan berprestasi seperti Hee Ah dan Miyuki.

Sidoarjo-20130112-00930

By Ayunda Damai

A high school student that loves her family, friends, books, and piano <3

33 replies on “Belajar dari Miyuki”

Suka isi tulisannya..selalu senang ketika ada yg menyadari bahwa semua orang punya potensi yg dapat dikembangkan andai orang lain tak hanya melihat kelengkapan fisik. Cuma mau ralat dikit, mohon pakai kata ‘disabilitas’ untuk pengganti ‘cacat’. Di konvensi PBB yg sdh diratifikasi oleh Indonesia di thn 2011, skrg istilahnya jd ‘disabilitas’, berubah bersama sudut pandang terhadap hak teman2 penyandang disabilitas. Sekarang urusan pemenuhan kebutuhan sdh tak lagi sekedar kewajiban depsos, tp semua org harus terlibat,harus inklusi. Salam.
@anyi_karina

Rasanya anda terlalu “aneh” dalam memberi komentar untuk tulisan yang dibuat anak SD. heran deh sama pola pikiran anda yang sok “kritis” tapi gak mutu

wew…. kueren damay. tante jd termotivasu meningkatkan minat baca hannah yg msh level buku crita anak pdhl seumuran sama damay. hehehehe. buat yg komen penulisan disabilitas, tolong dipahami, damai msh kelas 1 SD, yang ia tahu ya bahasa yang memang sesuai fakta. kalau dek damai jadi kecewa karna komentar anda kan kasihan, berhenti dong semua kreatifitas dan kemauan untuk trs mengeksplorasi dunianya. ayo beri ruang yg luas buat anak2 kita memahami dunia
Damai…….semangat non, hana jadi semangat mengikuti minat bacamu non. MAJU TERUS DAMAI……..yes…..yes…..yes

Buat kakak-kakak, om dan semua yang tidak berkenan dengan istilah “cacat” atau “buta” yang digunakan dalam tulisan Damai, mohon untuk dapat memakluminya, karena Damai masih 6 tahun.. Perbendaharaan katanya masih terbatas. Terlebih di dalam buku Miyuki Inoue yang dibaca Damai kedua istilah tersebut juga masih digunakan. Bahkan pada bagian covernya sekalipun.
Selaku orangtua, saya mohon maaf karena telah membiarkannya untuk tetap menggunakan istilah “cacat” dan “buta” dalam tulisan ini. Mengapa? Karena mendorongnya untuk berani menulis, menstimulasinya untuk mampu mencerna, mengolah informasi dari buku yang dibaca, lalu menceritakannya kembali melalui blog ini bukanlah satu proses yang mudah. Perlu waktu, satu per satu untuk diajarkan. Jika dari awal, belum mulai saja saya sudah terlalu banyak memagari, tidak boleh pakai istilah ini atau itu, harus begini atau begitu, maka proses kreatif dan motivasi Damai untuk mau mengembangkan kemampuannya akan bisa terpengaruh. Lebih-lebih ketika ia merasa diperlakukan tidak adil, “Kenapa di bukunya boleh ditulis begitu sedangkan di tulisanku tidak?” Akan butuh waktu panjang lagi buatnya untuk mulai membuat tulisan.
Demikian, sekali lagi mohon kebesaran hati untuk memahaminya. InsyaAllah ke depan, sejalan dengan bertambahnya pengetahuan, ia akan mampu memilih dan menggunakan kata atau istilah, serta menyusun kalimat dengan lebih tepat.. 🙂
Buat Memski, tetap semangat untuk terus membaca dan menulis ya Nak…
I LOVE YOU…

Hai Memski
Dapat komentar banyak yang bikin bingung ya?
Kalau tidak tahu, cuekin saja
Memski boleh kok pakai kata apa saja. Kata-kata Memski sendiri itu lebih penting. Papksi suka…
I love u!

Halo Damai. Bagus banget tulisanmu. Jempol 2. Menurut Oma, Damai boleh pakai kata apa saja untuk mengekspresikan idemu. Jangan takut untuk mengemukakan ide yang ada di kepala. Kamu sangat kreatif dan kosa katamu juga sudah OK. Jadi kalau ada komentar yang bikin kamu bingung dan tidak kamu mengerti, ga usah dipikirin. Tetap nulis…dan nulis…ya.

Wah… Ayunda baru 6 tahun dah bisa nulis seperti ini? hebat ya…
coba dulu kakak bisa seperti Ayunda.
Kakak juga dah baca bukunya Miyuki. Terus kalau tidak salah kamu juga baca bukunya He Ah Lee ya? Bacaannya Ayunda bagus2 nih. Kakak kasih referensi satu buku lagi ya. Bukunya Oto-Chan judulnya No One’s Perfect. Dia juga seperti Miyuki dan He Ah Lee. Kalau nanti dah baca, kakak tunggu referensinya.

Ayunda jangan menyerah untuk menulis. Terus menulis ya. Kakak pasti jadi pembaca setiamu.

Terharu sekali membaca tulisan ini dan komentar orangtuanya yang mendukung.

^^ semangat terus ya Ayunda. Semoga anak tante juga nanti bisa menulis seperti Ayunda nantinya ^^

Damai, aku baru baca buku Miyuki ini (dan 1 buku serinya lagi berjudul “Hiduplah Anakku, Ibu Mendampingimu”, karya Michiyo Inoue, ibu Miyuki), itu pas pelajarannya Mamski lho di kampus (bu Wiwin). Kami “dipaksa” membaca 2 buku itu, lalu menceritakan kembali seperti ini.
Kamu hebat ya, baru kelas 1 SD udah baca ini, nah aku 21 tahun baru baca, hehe…
Semangaaaat!!!

Bagus dek tulisannya 🙂 \(ˆ▿ˆ)-
Wah..jadi pingin baca bukunya ​​hihi
Brrt si miyuki ini lahirnya prematur ya, trus berat badannya juga kurang..tp Tuhan memberikan dia kesempatan untuk hidup, & berkembang sebagai manusia yang hebat..padahal banyak sekali lo bayi prematur & berat badannya kurang, tidak bisa bertahan hidup..tuhan memang baik sekali..
Seneng baca tulisanmu adek..salam kenal y, Damai..

[…] Caranya? Mulai dari mengapresiasi tulisan yang dibuat meski hanya berupa pujian, sesekali memberinya hadiah kecil kalau sedang ada rejeki lebih, atau memberikan penjelasan agar tidak berkecil hati jika ada komentar yang mungkin bagi Damai kurang menyenangkan atau membuatnya merasa bersalah, seperti yang sempat terjadi dalam tulisannya “Belajar dari Miyuki” […]

Leave a reply to Ayunda Damai Cancel reply