Surprise!!! Seperti yang kalian tahu, di tulisanku sebelumnya, aku bilang kalau aku tidak akan berjalan-jalan lagi ke tampat wisata baru laindi Blitar. Karena saat itu aku berfikir tidak ada waktu lagi untuk berjalan-jalan karena lusanya sudah akan kembali ke Sidoarjo. Ternyata, pada hari Minggu tanggal 10, mamski dan papski tiba-tiba mengajakku untuk pergi ke pantai! Jadi ini merupakan kejutan untukku dan mungkin untuk kalian juga!!!
Dari rumah nenek, papski sudah merencanakan untuk pergi ke pantai Ngliyep, karena itu adalah pantai yang paling dekat dari Wlingi diantara pantai-pantai di Malang Selatan. Tentu saja seperti biasanya kami pasti mengajak mbak Irma dan mas Dimas. Sebenarnya kalau ada mbak Alya atau mbak Fifi, atau juga mbak Risma, pasti akan kami ajak juga. Namun sayangnya, mbak Fifi dan mbak Alya sudah kembali ke Cirebon sehari sebelum kami ke pantai. Sementara mbak Rsma belum datang dari Brebes. Jadi nggak bisa bersama mereka deh.
Kami berlima berangkat sekitar jam setengah tujuh. Memang perjalanannya cukup lama, jadi mbak Irma dan mas Dimas yang berada di kanan-kiriku sudah tertidur duluan. Sementara aku, duduk saja sambil melamun bosan 😁 Tapi selama perjalanan ini aku nggak melamun bosan aja sih. Aku juga menikmati pemandangan menuju pantai yang kereen bangeet. Kami melewati hutan, perbukitan, dan sawah milik warga setempat. Kata papski, memang kalau menuju pantai selatan, perjalanannya biasanya melewati bukit-bukit dan hutan-hutan gitu. Dan itulah salah satu alasan mengapa aku suka pantai selatan. Karena di perjalanan, aku bisa melihat hutan-hutan itu sambil melamun (lagi 😒). Lalu kalau jalannya tidak berlubang-lubang, kalau mau tidur rasanya kayak diayun-ayun gitu
Di pantai Ngliyep, ada larangan untuk mandi di laut karena ombaknya yang sangat besar. Namun masih ada saja orang yang melanggar peraturan itu. Kalau aku, mbak Irma, dan mas Dimas hanya bermain air di pinggir pantai. Dan kalau ada ombak yang besar datang, kami berusaha lari menghindar.
Setelah puas bermain air di Ngliyep, kami rencananya akan ke pantai Balekambang. Namun sebelum berangkat ke sana, mamski sempat membeli makanan masa kecil mamski yaitu buah mlinjo yang direbus. Waktu aku coba, aku kurang suka karena ada rasa pahit. Mbak Irmapun juga sama denganku. Sementara kalau mas Dimas sih, oke aja dan nggak merasa ada rasa pahit saat makan.
Kamipun akhirnya berangkat dari Ngliyep menuju Balekambang. Di jalan, awalnya semua biasa saja. Namun, di tengah jalan, kami bertemu kemacetan parah ke arah balekambang. Suasana juga jadi sangat ramai karena ada truk-truk dengan speaker besar yang disewa oleh remaja-remaja entah darimana. Truk-truk itu memutar musik sangat keras. Namun anehnya mereka sendiri yang berdiri atau duduk tepat di depan speaker tampak biasa saja. Bahkan ada yang menari-nari. Aku dari dalam mobil cuma geleng-geleng heran melihat mereka.
Dan karena arah ke Balekambang macet itu, kami mencoba untuk pergi mencari jalan lain ke pantai Sendang Biru. Ternyata setlah berputar-putar cukup jauh, jalan utama ke Sendang Biru itu tetap saja harus melewati jalan ke arah Balekambang tadi. Jadi kami putar balik lagi dan hampir menyerah. Akhirnya, kamipun makan bakso dulu di warung terdekat. Dan beruntung baksonya enak bangeet. Sampai-sampai semuanya jadi bersemangat lagi untuk tidak menyerah pulang dan mencari cara lain untuk ke Sendang Biru.
Jalan yang kami lalui kemudian memang cukup sepi. Ada beberapa bagian yang jalannya berlubang-lubang. Tapi kalau kataku tidak apa-apa. Daripada nggak ke pantai kan? Hehe.. Di jalan, karena aku bosan, aku tidur saja namun tidak berhasil karena jalannya yang rusak sehingga mobil berulang kali terguncang-guncang.
Setelah cukup lama, melewati hutan juga yang lebih lebat, akhirnya jam 3 sore lewat kami sampai di Sendang Biru. Kami menaiki kapal menuju Pulau Sempu. Baru di Pulau Sempu itu aku, mas Dimas mandi di laut. Kalau mbak Irma hanya brmain air di pinggir karena sedang tidak mau bajunya basah. Yang keren di tempat aku dan mas Dimas berendam ini sampai agak tengahpun airnya masih dangkal. Juga dari atas permukaan air, kita bisa melihat pasir yang berbentuk seperti anak tangga lo! Keren banget deh pokoknya.
Sekitar jam setengah lima, datang perahu yang dipesan papski sebelumnya untuk menjemput kami berlima. Kami segera kembali dari pulai Sempu, bersih-bersih dan berganti baju di kamar mandi umum, shalat, dan berangkat pulang. Di jalan karena sudah malam, kami sempat mampir ke warung kecil dan memesan nasi goreng dan bakmi jawa untuk makan malam. Baru setelah itu melanjutkan perjalanan untuk kembali ke rumah nenek.
Nah itu dia cerita terakhir libur lebaranku kali ini. Benar-benar perjalanan ke pantai yng super seru dan berkesan. Kapan-kapan aku ingin ke sana lagi, bareng-bareng lebih rame dengan saudaraku yang lain. Tapi mungkin sebaiknya tidak di waktu musim libur agar tidak terjebak macet dan terasa lebih nyaman di pantainya sendiri.