Haiii!! Di tulisan ketiga ini aku akan menceritakan lebaran hari ketigaku di Trenggalek. Selamat menikmati..
–
Setelah malam sebelumnya aku kembali sampai di Wlingi sekitar jam 9 dari Gresik dan Surabaya, esok paginya aku kembali bersiap untuk perjalanan ke Trenggalek karena di sana ada reuni keluarga besar kakung. Kakungku (bapaknya mamski) memang dari Trenggalek dan beberapa anggota keluarganya masih cukup banyak yang tinggal di sana. Meskipun beberapa yang lain sudah menyebar di mana-mana, termasuk kakung yang tinggal di Blitar. Perjalanan Blitar-Trenggalek kurang lebih membutuhkan waktu 2 jam.
Karena ini reuni keluarga dan pastinya semua orang ikut, kami memakai 3 mobil, yaitu mobil papski, mobil bapak Nunun dan mobil kakung.
Di jalan, begitu masuk wilayah Trenggalek, banyak hiasan janur plastik warna-warni yang dibentuk seperti gapura. Kata mamski, dari dulu sejak mamski kecil memang di sana banyak yang memasang itu ketika lebaran. Jadi mamski sudah familiar dengan kemeriahan lebaran di Trenggalek ini. Tapi yang membuat terkesan adalah ternyata tradisi itu masih ada sampai sekarang, bahkan terasa lebih meriah karena sekarang janur dari bahan plastik ada warna-warni. Dan itu sampai ke pelosok desan dan kampung semua memasangnya. Jadi kalau di sana saat Idul Fitri itu rasanya seru dan meriaah banget! Beda dengan di kota yang saat Idul Fitri penampilannya sama saja seperti hari-hari biasanya.
Tak lama setelah masuk menyusuri jalanan desa, kamipun sampai! Tempat yang digunakan untuk reuni keluarga besar itu adalah halaman rumah adik dan keponakannya kakung. Waktu sampai di sana, aku kaget dengan banyaknya orang-orang yang datang. Acaranya terkesan serius, pakai pengeras suara juga. Dan walaupun sebenarnya masih satu keluarga besar, tapi banyak orang yang ada di sana aku tidak tahu itu siapa saja. Soalnya memang belum pernah bertemu atau diperkenalkan.
Awal acara dimulai dengan sambutan-sambutan yang buaanyak banget (menurutku). Sampai-sampai aku dan sepupu-sepupuku bosan. Untung saja tidak ada yang sampai ketiduran, hehehe.. Sebenarnya memang kami benar-benar ngantuk saat itu, tapi ya ditahan saja agar tidak sampai tertidur 😀
Setelah sambutan-sambutan, acara dilanjutkan dengan berbagai macam kegiatan keluarga. Kami juga sempat berfoto-foto di sana sini termasuk di bawah gapura janur plastik warna-warni yang tadi sempat kusebutkan. Tapi yang ingin aku ceritakan sekarang adalah bagian kurang menyenangkan yang benar-benar aku ingat saat itu.
Ketika acara hampir selesai, siapapun boleh maju untuk tampil menyanyi / bermain alat musik (saat itu disediakan keyboard). Nah, aku saat itu mau tampil dengan lagu Lukisan Indonesia-nya Naura. Aku mengiringi mamski. Lagu ini aku pernah memainkan di rumah tapi memang aku belum benar-benar hafal saat akan memainkannya di Trenggalek. Jadi hasilnya ya……. nggak bagus. Aku salah-salah di beberapa bagian, gara-gara sebelumnya memang tidak begitu disiapkan.
Selesai main lagu Lukisan Indonesia bareng mamski, entah kenapa aku terpikir main lagu Mika Song. Lagu ini memang sudah lama aku latih di rumah. Tapi ya begitu, aku belum benar-benar hafal. Di awal-awal aku memang masih lumayan memainkannya walau ada 1/2 kesalahan kecil. Tapi begitu di tengah, entah kenapa aku tiba-tiba nge-blank mendadak. Dan itu bikin aku panik! Jadinya begitu mau aku lanjutin malah tambah salah-salah nadanya. Nggak enak banget rasanya waktu itu. Campur aduk pokoknya. Bisa dibilang ini penampilaku yang paling buruk selama ini. Sedih banget…
Ini benar-benar pertama kalinya aku ngeblank saat main piano dihadapan banyak orang. Makanya aku langsung panik karena tidak terbiasa.
Aku jadi menyesal kenapa hari-hari sebelumnya aku kurang persiapan. Padahal mamski sudah sering mengingatkan untuk selalu menyiapkan beberapa lagu kalau misalnya ada acara-acara apa, siapa tahu aku mau tampil.
Mungkin apa yang harus kulakukan untuk kedepannya adalah lebih serius berlatih dan mempersiapkan diri kalau sewaktu-waktu akan tampil bermusik di manapun. Selain itu aku juga harus mulai belajar mengontrol emosi (panik, deg-degan, dsb). Soalnya emosi-emosi itu bisa saja datang tiba-tiba terutama kalau aku sedang dilihat banyak orang.
Setelah penampilan yang tidak oke itu, untung saja orang-orang tidak langsung menanyakan kenapa permainannya seperti itu, karena kalau iya bisa-bisa aku jadi tambah bingung dan nggak enak menjawabnya.
Acara reuni keluarga hari itu ditutup dengan doa. Dan sebelum selesai, kami sempatkan dulu untuk bersalam-salaman dengan semua anggota keluarga besar yang lain, sebelum berpamitan pulang.
Nah, saat acara benar-benar selesai, atas request mbak Fifi, akhirnya kami pergi ke pantai!! Yeeeeyyyy!!! Makasih ya mbak untuk request-nya :D. Tujuan kami waktu itu adalah pantai Damas. Kalau di peta, letaknya berdekatan dengan pantai Prigi, pantai Karanggongso, dan pantai Pasir Putih.
Jika kalian lupa, dulu aku, mamski, papski, dan mbak Risma pernah ke salah satu dari kumpulan pantai itu yaitu pantai Karanggongso (klik di sini kalau kalian mau baca ceritanya). Nah sekarang, kami akan mengunjungi satu dari kumpulan pantai itu lagii..
Alhamdulillah, saat itu keadaan menuju arah pantai tidak macet, jadi kami berpikir kemungkinan keadaan di pantai tidak akan terlalu ramai.
Di kanan-kiri jalan menuju pantai tetap terlihat gapura warna-warni yang cantik meriah. Sampai mamski menebak warga Trenggalek ini benar-benar kompak, mau ikut himbauan memasang gapura ini secara serempak.
Mobil kami dengan nyaman terus melaju. Tak lama, jalan arah ke pantai Damas berpisah dengan arah ke pantai-pantai yang lainnya. Di tengah jalan tersebut, ternyata jembatan menuju pantai Damas tidak bisa dilalui mobil! Sepertinya roboh, sehingga jalan yang harus dilewati waktu itu hanyalah jembatan bambu kecil yang dibuat untuk pejalan kaki atau motor. Memang kami tidak searching-searching dulu sebelum berangkat. Jadinya begini deh, mobil tidak bisa lanjut ke Pantai Damas. Mungkin ada jalan lain, tapi kami sudah tidak terpikir mencarinya.
Dengan cepat kami langsung putar balik dan memutuskan untuk pergi ke pantai Prigi saja. Pantai ini sudah dikenal banyak orang jadi seharusnya tidak perlu melewati jalan sulit, jembatan rusak atau hal-hal lain seperti itu.
Dan akhirnya, tidak lama kami pun sampai! Tapi ngomong-ngomong, sebelum berangkat ke pantai itu, ada satu hal yang kami agak lupa. Kami lupa tidak memberi tahu nenek! Nenek sendiri tidak semobil denganku.
Jadi nenekku memang tipe yang kurang suka kalau diajak jalan-jalan ke tempat yang rutenya jauh dan berkelok-kelok. Aku, mamski, papski, mbak Irma dan Bapak Niknok yang satu mobil langsung berpikir kalau nenek pasti pusing-pusing saat itu. Dan tebakan kami benar. Di parkiran pantai, begitu kami mendatangi mobil nenek, nenek sedang duduk lemas menahan pusing. Akhirnya nenek memilih tinggal di mobil saja, tidak turun ke pantai. Nenek bilang tidak apa-apa menunggu di mobil sendirian sambil tiduran. Awalnya saja sih sendiriannya, karena setelah itu nenek ditemani oleh mamski.
Di pantai aku dan sepupu-sepupuku langsung main air. Tapi main airnya memang tidak bisa sampai kena baju, karena kami tidak membawa baju ganti. Kecuali mas Dimas yang entah bagaimana ceritanya ternyata dari rumah sudah siap baju ganti.
Suasana di Pantai Prigi sangat menyenangkan (terlepas dari sampah-sampah yang di beberapa titik berserakan). Di sana banyak sekali orang -orang berjualan. Mulai dari layangan, makanan laut, sampai pakaian dan oleh-oleh lainnya.
Pantainya sendiri kalau kubilang sih, unik. Kalau di pantai-pantai lainnya kan ombak itu biasanya saling susul-menyusul di beberapa bagian secara terpisah. Nah kalau di Prigi ini ombaknya itu panjang tidak terputus dari ujung kanan sampai ujung kiri pantai. Bagus banget pokoknya!
We had so much fun at that time! Walau memang nggak bisa sampai basah-basahan sepenuhnya, tapi setidaknya bisa merasakan lagi suasana pantai yang aku suka.
Di pantai, seperti biasa kami juga menggali-gali pasir untuk membuat semacam kolam kecil. Ya, konsekuensinya memang tangan kami jadi kotor sih. Tapi tidak apa-apalah, lagipula sebelahnya kan air, jadi bisa langsung cuci tangan dengan cepat.
Saat kami sudah capek, kami kembali ke mobil. Oiya, kami juga sempat membeli jagung rebus yang dijual di dekat pantai. Dan rasanya enaaak banget. Super manis! Apalagi setelah lama tidak merasakan jagung rebus yang yummy.
Dan akhirnya, kami menutup hari itu dengan mampir makan malam di sebuah tempat makan yang ada di kota Blitar, sebelum sampai di Wlingi. Aku, mamski, papski, kakung, Bude Yuyun dan Bapak Niknok makan sate ayam, sementara yang lainnya memilik makan rawon dan ayam/bebek goreng. Yum!
–
Terimakasih semuanya yang sudah membaca cerita ini. Tunggu kelanjutannya yaa. Karena cerita lanjutannya ada yang beda lagi dan seru! Byeee…!!!
One reply on “Lebaran 2017! (3): Berlebaran di Trenggalek”
cieeee… hari lebaran yang menyenangkan sekali…